secara otomatis ketika kita akan sujud dan rukuk kita membuang nafas kita hingga rukuk dan sujud kita sempurna. keluarnya nafas sejalan dengan kepasrahan kita kepada allah, persis orang yang akan mati, kembali kepada allah, artinya kita pasrah kepada allah. sujudlah dengan ihlas maka nafas akan keluar masuk secara fitrah … tidak perlu diatur.. i
Iklan
he..he.. masih ora mudeng mas ma tulisan nya
By: abu athaillah on 14 April 2009
at 4:38 pm
yang mana yang tidak paham mas….
By: Setiyo Purwanto on 15 April 2009
at 5:33 am
assalamualaikum
yang gak mudeng masalah hubungan antara sujud/rukuk dengan sejalannya nafas-ehm maksudnya apa? khan kalau nafas itu sudah sunatulloh mas? kalau dalam ibadah khan ya orang bernafas tanpa perlu mengatur-atur jalannya nafas? kalau dalam sholat khan memang sikap kita harus tawadu’ pada Allah, iklhas shalat karena Allah dan Pasrah, terus hubungan nya yang disini dengan nafas itu tadi opo to mas? emang ada ya yang masih sholat tapi untuk mencari kekhusu’an pakai latihan nafas? (ehm, waduh kayak belajar tenaga dalam aja) tapi ya monggo aja kalau itu bisa mengantarkan pada kekhusu’an.
By: abu athaillah on 15 April 2009
at 7:54 am
lha yoooo, tinggal sujud aja koq sampe ngatur nafas segala, mbok mendingan ga usah dibahas, masalah nafas biar anggota tubuh yg ngatur, alamiah, apa adanya, ga usah diatur-atur, ntar malah mumet dewe, dadi ora khusu’…
By: Abu Bakar on 15 April 2009
at 10:36 am
Mengatur nafas adalah salah satu jalan untuk mengantarkan kepada kekhusukan bagi yang bisa merasakan, kalau tidak sependapat dan tidak merasakan ya tidak mungkin bisa merasakan nikmatnya, begitulah kira-kira, Tuhan berikan banyak jalan untuk sampai pada NYa, Maaf Mas bila salah
By: Hendriadi on 16 April 2009
at 12:13 pm
Assalamualaikum, buat mas hendri
Mungkin anda mengetahui apa yang saja tidak ketahui, mungkin dengan mengatur nafas anda mencapai khusu’ itu – ya silahkan saja, tapi bagi saya nafas itu sendiri sudah menjadi ketetapan kebesaran Allah swt (sunatullloh-Nya) tanpa kita harus repot-repot mengaturnya.
kapanpun nafas menyertai kita, sungguh bukti kemurahan Diri-Nya atas maklhuk yang Dia ciptakan dengan seluruh kebesaran-Nya.
Dengan tahu, mawas, atau mungkin bahasa lainnya hakikat nafas ini, manusia akan dibawa mengenal Allah swt, melalui kebesaran sifat-sifat Nya terlebih dahulu, lalu manusia akan diajak lebih jauh lagi untuk mengenal dirinya sendiri sehingga kenal ke-aku’an nya sendiri dan mengelaborasi/meleburkan semua sifat ke-aku’an manusia tadi kedalam sikap nol besar. baru setelah semuanya terpenuhi dengan tetap berpjak pada syariat manusia dengan kemurahan-kebesarn Nya akan diperkenalkan dengan sendirinya pada wajah Allah Azza wajalla yang selama ini kita tuju.
Kesimpulan tulisan saya ini adalah bukan pada cara mengatur nafas-nya mas yang menjadi inti (terutama mungkin jikalau ini yang digunakan dalam metode di dalam amalan sholat, hati-hati mas nanti bisa salah terperosok landasan syari’at, tapi pada inti menyadari siapakah yang memberikan nafas itu sehingga tubuh kita bisa bernafas dengan sendirinya tanpa kita capai-capai mengaturnya) dan kesemuanya dirangkum dalam sikap kepasrahan bahwa semuanya adalah dari karunia Allah swt.
By: Abu Athaillah on 16 April 2009
at 9:31 pm
setuju mas hendri. tidak ada yang melarang untuk mengatur nafas yang halus ketika sholat kok. sing penting kan tujuanne hanya ke Allah dan selama itu baik, kenapa tidak???
By: Much Tohar on 17 April 2009
at 8:16 am
Kalau dalam ilmu hakiki, masalah nafas itu hanya diatur pada saat mengangkat takbir. Nafas pada saat itu dalam kondisi terapung. Terapung artinya tidak bernafas, tetapi bukan menahan nafas. Contohnya, coba tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan, maka selama beberapa detik nafas akan mengapung atau berhenti. Telapak tangan kiri mendarat di antara dada dan pusat pada saat kata “HU” dalam kalimat “AllaHU” (lalu menelan) dan telapak tangan kanan mendarat di pundak telapak tangan kiri bersamaan kata “BAR” dalam kalimat AkBAR.
By: Capunk on 18 April 2009
at 11:56 pm
Khusyuk dalam shalat dapat dicapai dengan zikir selama shalat. “Dirikanlah sholat untuk zikir (mengingat) Aku”. Mengingat, dari kepala turun ke hati. “Serulah Ar-Rahman atau Ar-Rahim atau nama-nama Allah yang mana saja yang kamu sukai.” Hati membaca bacaan sholat (al-Qiyamah: 16-18), sementara fikiran diikat dengan zikir. Pikiran dapat dilatih dengan memperhatikan detak jantung, seakan-akan mengeluarkan bunyi “Allah… Allah… Allah” atau nama-nama Allah yang mana saja, sementara hati lepas membaca niat, takbir, do’a iftitah, dst.
By: Capunk on 19 April 2009
at 12:18 am
Dalam ilmu Hakiki yang pernah saya pelajari, pengaturan nafas hanya dimulai ketika takbiratulihram. Nafas dalam keadaan terapung, maksudnya seperti tidak bernafas, tetapi bukan menahan nafas. Contoh nafas dalam keadaan terapung yaitu tariklah nafas dalam-dalam lalu hembuskan. Maka dalam beberapa detik kita tidak bernafas walaupun tidak ditahan. Inilah yang dimaksud dengan nafas dalam posisi terapung, saat itulah kita mengangkat takbir.
By: Capunk on 19 April 2009
at 7:51 am
Tekhnik Takbir dengan ilmu ini, dimulai dengan merapatkan seluruh jari-jari tangan, ujung-ujung jari mulai menukik naik ketika takbir diangkat, lalu telapak tangan menghadap ke kiblat, kemudian sejajar dengan kepala lalu ditarik ke sisi dekat telinga, kemudian turun di antara dada dan pusat dengan posisi telapak tangan tetap menghadap kiblat. Telapak tangan kiri mendarat di antara dada dan pusat tepat pada kata “HU”, kemudian telapak tangan kanan kanan mendarat tepat di punggung telapak tangan kiri tepat pada kata “BAR”. Panjangnya takbir kira-kira 18 detik, dan tidak boleh putus.
By: Capunk on 19 April 2009
at 8:07 am
Gerakan dan bacaan sholat dengan ilmu hakiki memang halus. Sepintas mirip penari jawa yang memiliki gerakan halus, sesuai perasaan kebanyakan saudara-saudara kita dari jawa yang dasarnya memang halus. Saya dari sulawesi sangat terkesan dengan budaya jawa yang serba halus.
By: Capunk on 19 April 2009
at 8:15 am
Allah itu Maha Halus maka Dia menyukai kehalusan dan kelembutan. Karena Dia Maha Indah, maka Dia menyukai gerakan sholat yang indah. Dia tidak menyukai gerakan sholat seperti burung yang mematuk-matuk.
Adapun tekhnik khusyuk di dalam ilmu hakiki, pikiran diturunkan ke dada. Latihannya dimulai dengan memperhatikan detak jantung, ditaknya diiringi dengan zikir yang mana saja yang kita sukai. Ar Rahman, Ar Rahim, tetapi yang paling mudah adalah zikir dengan kata “Allah… Allah… Allah…” karena zikir ini benar-benar sesuai dengan irama jantung. Jadi kekhusyukan shalat hanya dapat dimasuki dalam posisi berzikir, pikiran diikat dengan zikir agar tidak lari ke mana-mana. Zikir dan sholat memang tidak dapat dipisahkan.
“DIRIKANLAH SHOLAT UNTUK ZIKIR KEPADA-KU” (Q.S. Thaaha: 14)
By: Capunk on 19 April 2009
at 8:32 am
Adapun tekhnik khusyuk di dalam ilmu hakiki, pikiran diturunkan ke dada. Latihannya dimulai dengan memperhatikan detak jantung, ditaknya diiringi dengan zikir yang mana saja yang kita sukai. Ar Rahman, Ar Rahim, tetapi yang paling mudah adalah zikir dengan kata “Allah… Allah… Allah…” karena zikir ini benar-benar sesuai dengan irama jantung. Jadi kekhusyukan shalat hanya dapat dimasuki dalam posisi berzikir, pikiran diikat dengan zikir agar tidak lari ke mana-mana. Zikir dan sholat memang tidak dapat dipisahkan.
“DIRIKANLAH SHOLAT UNTUK ZIKIR KEPADA-KU” (Q.S. Thaaha: 14)
By: Capunk on 19 April 2009
at 8:33 am
Awalnya memang agak sulit dan membingungkan, sehingga diperlukan latihan, oleh karena itulah Allah mengajarkan kita agar selalu melatih diri untuk berzikir di luar shalat, baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.
Sementara pikiran kita turunkan ke dada untuk zikir, hati kita lepas mengucapkan niat, takbir, do’a iftitah, al-Fatihah, surah, dst. Akan sulit dicapai jika hati tidak difungsikan (Q.S. al-Qiyamah 16-18)
Dikaji dari ilmu hakiki memang ada berapa tingkat pembacaan, menggunakan mulut adalah tingkatan paling rendah, dan tingkatan di atasnya adalah hati, kemudian masuk lagi ke tingkatan yang lebih halus, yaitu rasa dan perasaan, dan masih ada beberapa tingkatan lagi yang hanya dapat dimasuki dengan banyak latihan dan banyak berzikir. “Aku menurut perasaan hamba-Ku”.
By: Capunk on 19 April 2009
at 8:51 am
Setan itu menciptakan rasa gelisah di dalam hati, sehingga perasaan kita menjadi kacau. Orang yang hatinya gelisah sudah pasti sulit untuk mencapai kekhusyukan. Ada istilah dalam bahasa tarekat, “Bunuhlah dirimu” atau “Potonglah lehermu” dan anda yang mungkin pernah membaca Hadits Qudsy ini, “Letakkanlah dunia dan dosa-dosamu di bawah telapak kakimu” adalah ajaran-ajaran untuk mencapai kekhusyukan. Untuk itulah ahli hakiki selalu tafakkur (duduk berzikir) untuk menenangkan hati dan mengosongkan pikiran ketika hendak shalat.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (Q.S. ar-Ra’d: 28)
By: Capunk on 19 April 2009
at 2:50 pm
Tanda-tanda khusyuk itu adalah hadirnya perasaan haru yang tidak diketahui penyebabnya, yaitu ketika zikir kita menduduki posisi yang tepat di dalam dada. Berbeda dengan rasa haru akibat mengingat-ingat dosa, karena perasaan itu lahir dari emosi kita sendiri. Tidak berbeda dengan menggunakan musik dan bunyi-bunyian untuk menyentuh emosi kita. Oleh karena itu kita dilarang mengingat dosa-dosa dan menggunakan bunyi-bunyian di dalam sholat.
By: Capunk on 19 April 2009
at 3:14 pm
assalamualaikum pak setiyo, he..he..he, koment ini sebagai klarifikasi awal pertanyaan saya atas tulisan mas setiyo, mas ternyata memang benar, dapat ilmu baru….beberapa kali saya kok tiba – tiba seperti disuruh mengamati aliran nafas saat sholat ternyata subhanallahu, mungkin gambarannya seperti mas setiyo awal tulis. nanti saya japri aja lengkapnya via email pengalaman nya mas.
By: chuckmamad on 19 April 2009
at 7:36 pm
assalamualikum, mohon ijin gak jadi japri wis tak tulis disini aja:
tulisane mas setiyo :
“secara otomatis ketika kita akan sujud dan rukuk kita membuang nafas kita hingga rukuk dan sujud kita sempurna.”
nah ini awal mula yang bikin aku ora mudeng-menurut persamgkaan ku ini berarti kita harus ber-olah raga mengatur nafas, waduh ini bisa sulit.
karena saya pernah mncoba mengatur dzikir awal-mula sejalan dengan tarikan nafas sangat susah. tapi memang kalau itu keinginan kita memang akan sangat susah, akan beda bila itu jadi kehendaknya Allah, wah itu jadi sangat mudah seperti keluar-masuknya nafas yang sunatulloh.
“keluarnya nafas sejalan dengan kepasrahan kita kepada allah, persis orang yang akan mati, kembali kepada allah, artinya kita pasrah kepada allah. sujudlah dengan ihlas maka nafas akan keluar masuk secara fitrah … tidak perlu diatur.. i”
setelah saya beberapa kali komentar di sini, dimana tulisan selanjutnya jadi absurd dari maksud awal kata saya ndak mudeng itu karena ikut-ikutan menjawab komentar teman-teman yang lainnya, padahal sebenarnya kunci awalnya dari tulisan mas setiyo ada di baris akhir, yaitu ihlas….beberapa waktu lalu dalam shalat saya, tanpa bermaksud memperhatikan keluar masuknya nafas dalam tubuh saat ibadah, tiba-tiba seolah-olah diri saya dituntun untuk memperhatikan proses tersebut, sungguh sangat indah menurut saya, seiring dengan kesadran hati menghadap kepada Allah, seiring dengan doa dan tasbih yang terlontar saat sedang ruku’, i’tidal, maupun sujud, tarikan nafas ini terlihat begitu lembut mengalir, seolah-olah saya bisa melihat dan merasakan setiap alirannya turun kealiran darh dan terus menuju hati dan keluar kembali melewati kerongkongan menuju mulut saya….bener mas, nafas akan keluar masuk secara fitrah…hanya ada satu kata mas subhanallahu, indah sekali rasanya.
By: chuckmamad on 19 April 2009
at 8:23 pm
ya itu yang penting ihlas nanti allah akan atur nafas kita dengan lembut… dan menyegarkan. tidak perlu mengatur nafas tapi nafas diatur sendiri oleh Allah
By: Setiyo Purwanto on 20 April 2009
at 8:05 am
Apa yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Qiyamah (16-18) itu adalah fakta yang dapat dibuktikan oleh seorang saudara saya yang mendalami ilmu hakiki. Dalam tafakkur, tubuhnya bergerak sendiri untuk melakukan shalat, tanpa upaya samasekali, dan bacaan-bacaan shalat itu benar-benar keluar dari dalam dadanya, sementara dirinya hanya menjadi makmum yang memperhatikan bacaan tersebut. Perlu kesungguhan yang kuat untuk memasuki kondisi seperti itu.
By: Capunk on 19 April 2009
at 9:58 pm
Masih berkenaan dengan Q.S. Al-Qiyamah (16-18), guru kami pernah mengajarkan sebuah pembuktian yang membingungkan saya, dia menyuruh kami berteriak sekeras-kerasnya di dalam hati, “YA RAB…!!”. Sebagian merasakan bumi di sekitarnya bergetar halus, dan yang lain merasakan seperti adanya suara mendengkur yang hendak keluar dari kerongkongannya, namun saya sendiri hanya kebingungan mencari apa maknanya. Benar-benar menuntut pemahaman yang tinggi.
By: Capunk on 19 April 2009
at 10:10 pm
Semakin kita mendalami ilmu di balik misteri sholat maka akan semakin sangat menarik. Ada yang tidak merasakan bahwa tubuhnya sedang melayang ketika shalat dan baru sadar ketika kepalanya membentur langit-langit rumah, ada pula yang merasakan dirinya keluar dari raganya sehingga dapat menyaksikan sendiri tubuhnya sedang shalat, dan sebagainya. Saya sendiri sebagai orang yang mudah kaget, sempat tersentak ketika menyaksikan keadaan di sekililing saya tiba-tiba berubah menjadi coklat, sehingga saya kaget dan melompat sehingga bayangan itu spontan hilang. Allahu Akbar, Maha Besar Engkau Ya Allah.
By: Capunk on 19 April 2009
at 10:31 pm
Tetapi keanehan-keanehan itu bukanlah tujuan utama kita untuk shalat, yang kita cari adalah khusyuknya, sekalipun kadang-kadang di balik kejadian-kejadian seperti itu ada pesan yang ingin disampaikan oleh Allah kepada kita. Mari kita sama-sama belajar dan melatih diri tanpa pernah merasa puas, karena sekalipun pohon-pohon dijadikan pena dan air laut habis dijadikan tinta namun tak akan habis ilmu Allah itu dituliskan. Kuncinya, kita harus merasa bodoh agar Allah menambah ilmu-Nya kepada kita. Dan Allah tidak akan menambah ilmu bagi yang sudah pintar, karena sudah merasa cukup dengan apa yang ada padanya.
By: Capunk on 19 April 2009
at 10:49 pm
ya mas Tohar, yang penting kan tujuan nya kepada Allah dan tidak menyalahi syariat, Alla Maha Mengetahui yang ada di dalam hati
By: Hendriadi on 20 April 2009
at 7:15 am
Betul mas Setiyo, rasa cinta dan rasa rindu kepada-Nya akan menghadirkan perasaan IKHLAS. Tulus ikhlas, tanpa mengharapkan fadilah-fadilah. Bukankah Nabi Idris setelah beribadah 500 tahun lalu ingin masuk surga karena ibadahnya? Namun ketika ibadahnya ditimbang dengan setitik nikmat dari-Nya, maka suluruh pahala ibadah Nabi Idris terlempar. Allah berfirman, “Masuklah ke dalam surga-Ku karena rahmat-Ku” (maksudnya bukan karena pahala-pahala). Wallahu’alam.
By: Capunk on 20 April 2009
at 6:04 pm
Nabi Muhammad SAW., bersabda:
“Tidak ada orang yang masuk surga karena perbuatannya sendiri”.
Beliau ditanya: “Apakah engkau juga tidak, waha Nabi Allah?”
Rasulullah menjawab: “Ya, walaupun aku sendiri. Kecuali jika Allah melimpahkan RAHMAT-NYA kepadaku.”
By: Capunk on 21 April 2009
at 4:26 pm
MASULAH KEPADA-KU SEORANG DIRI!
“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu. Hendaklah engkau bersedekah tanpa melihat sedekah itu. Engkau melihat amal perbuatan, walau baik sekalipun tidak layak bagi-Ku untuk memandangnya. Maka janganlah engkau masuk kepada-Ku dengannya.
Sesungguhnya kalau engkau datang kepada-Ku berbekal amal perbuatan, makan akan Kusambut kedatanganmu dengan penagihan- penagihan dan perhitungan.
Dan kalau engkau mendatangi-Ku dengan ilmu pengetahuanmu, maka akan Kusambut dengan tuntutan. Dan kalau engkau mendatangi-Ku dengan ma’rifat, sambutan-Ku adalah Hujjat, sementara Hujjat- Ku lebih utama dan lebih diharuskan…”
By: Capunk on 22 April 2009
at 10:20 am
“(Dalam beribadah) Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar niscaya pasti akan Aku singkirkan tuntutan. Hendaklah engkau singkirkan ilmu pengetahuan, amal, perbuatan ma’rifatmu, namamu dan dari segala yang nyata, supaya dengan demikian engkau bertemu dengan-Ku seorang diri saja.
Bila engkau menemui-Ku dan ada antar-Ku dan antaramu sesuatu dari kenyataan- kenyataan itu, sedangkan Akulah Yang Menciptakan segala yang nyata. Engkau sudah lebih dulu menyingkirkan daripadanya demi cinta. Guna mendekatimu, janganlah engkau membawa kenyataan- kenyataan dalam menemui-Ku. Jika masih demikian halmu, maka tiadalah kebaikan daripadamu. Jika engkau mengetahui di kala engkau masuk kepada-Ku, pastilah engkau akan memisahkan diri dari Malaikat, sekalipun mereka saling bantu- membantu kepadamu.”
By: Capunk on 22 April 2009
at 10:41 am
Komentar yang menarik dari Mas Capunk. Mas, blog nya apa, biar ntar juga dikunjungi sekalian… salam.
By: Much Tohar on 18 Mei 2009
at 1:01 pm
Assalamu`alaikum…
Subhanallah…hanya kata itu yang mampu terucap ketika baca blog ni,jujur saja saya sengaja cari lewat Google dan ditampakkan blog ni…
Sholat bagi saya bukan hanya raga yang mengerjakan, namun juga hati kita yang mendirikannya..
Keluar napasnya nafas memang sangat menambah kekhusyuan ..itu pula yang alhamdulillah sekarang saya sedang mendalaminya lagi 🙂
Tolong kirim via mail saya hal2 yang berkaitan dengan Sholat dengan Atur Nafas karena saya masih belajar
By: Dea on 29 Juni 2009
at 12:49 pm
alhamdulilah tolong ikut disebarluaskan semoga menambah amal jariyah jenengan
By: Setiyo Purwanto on 29 Juni 2009
at 5:28 pm
apakah itu namanya dzikir di dzikirkan
By: rohim on 20 November 2009
at 1:48 pm
lama lama akan seperti itu pak
By: Setiyo Purwanto on 20 November 2009
at 7:33 pm
saya sih setuju poool cuman switch onsuper sadar yang belum saya mengerti
By: rohim on 21 November 2009
at 12:00 pm
yang penting hidup bisa rasakan,sholat kalau seperti anda itu tidak iklas,iklas hanya milik Allah…bila anda ingin menuju allah.ada cara bos
By: harson on 11 Mei 2010
at 10:31 pm